Kamis, September 17

 

Waspada Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Derasnya arus informasi yang kini kian membanjiri platform berbasis online maupun offline yang memaksa kita sebagai penggunanya untuk dapat memilah berita yang akurat. Menggeliatnya perkembangan teknologi ini pun seolah tidak terlepas dari pengaruh media sosial yang rentan terhadap penyebaran berita hoax.

Alasan Kenapa Orang Rentan Tertipu Berita Hoax

Alasan Orang Rentan Tertipu Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Berita hoax adalah berita bohong atau berita yang tidak benar adanya namun dibuat seolah-olah benar adanya. Meskipun berita ini nampak nyata dibuat-buat, namun tetap saja berita ini memiliki konsumennya dari berbagai kalangan, terutama generasi berumur 40 tahun ke atas.

Sudah tidak kaget lagi bukan ketika kita mendapati pesan WhatsApp dari grup keluarga dengan judul provokatif dan beberapa sentuhan ilmiah yang mind blowing. Tentunya alasan utama yang mendasari terjadinya fenomena ini adalah karena informasi yang bersifat hoax ini cenderung akan menyebar lebih cepat melalui media sosial berbasis chatting, karena tidak adanya filter yang pasti dari penyebaran berita melalui grup chat tersebut.

Fenomena terbaru kali ini, seringkali kita dapati dua kelompok dengan pandangan yang saling bertolak belakang namun memiliki pengikut (orang yang percaya) dengan jumlah nyaris sama besar. Contohnya, satu kelompok yang percaya dengan adanya Covid-19 dan satu kelompok lainnya yang tidak menganggap Covid-19 ini benar-benar nyata. Sering kita temui dua kelompok ini saling beradu argumen bukan? Nah, kira-kira mengapa hal ini bisa terjadi? Simak alasannya di bawah ini ya!

Hanya Percaya Berita yang Selaras dengan Opini Pribadi

Sejatinya, seseorang akan cenderung lebih menerima suatu fakta yang selaras dengan opini orang tersebut. Hal inilah yang menyebabkan berita hoax akan tetap eksis dan mendapatkan konsumennya karena cenderung mewakili opini dari salah satu pihak.

Contohnya, individu yang meresahkan keabsahan hadirnya Covid-19 ini cenderung akan mencari berita yang sejalan dengan keresahannya tersebut. Dan ketika ia menemukannya, maka individu ini seolah mendapatkan apa yang selama ini ia cari sehingga cenderung membenarkan opininya tanpa menelusuri lebih lanjut keabsahan suatu berita yang mendukung opini individu tersebut.

Terbatasnya Pengetahuan

Terbatasnya pengetahuan individu terhadap berita yang diterimanya cenderung akan membuat individu tersebut untuk lebih mudah percaya. Beragam broadcast message yang kita dapatkan dari aplikasi berbasis chatting seringkali kita temui sebagai wujud minimnya pengetahuan mengenai berita yang terkandung dalam broadcast message itu sendiri.

Contohnya, berbagai produk anti virus yang sempat tenar di awal masa pandemi kemarin. Mengapa hal ini bisa dipercaya seseorang lalu disebarkan ke kerabat sekitarnya? Ya, karena mungkin individu yang pertama kali mendapatkan berita ini cenderung tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang kesehatan itu sendiri. Bahkan, mungkin saja individu ini juga tidak paham apa sebenarnya virus itu.

Dengan minimnya pengetahuan terhadap berita yang diterima, maka suatu individu akan menelan berita tersebut mentah-mentah tanpa mengkonfirmasi kebenaran dan keakuratan dari berita itu sendiri.

Minat Baca Rendah

UNESCO menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah, yakni 0,001% saja. Hal ini menunjukkan bahwa hanya hanya 1 orang dari 1000 orang di Indonesia yang memiliki tingkat literasi yang baik (kominfo.go.id).

Minat baca yang rendah ini akan berdampak pada individu ketika ia dihadapkan dengan berbagai berita yang ia terima. Judul yang nyentrik tentunya akan menggugah seseorang untuk mau mengklik berita tersebut, namun sebagian orang justru hanya membaca judul beritanya tanpa membaca keseluruhan isinya.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab seseorang menyimpulkan suatu berita tanpa membacanya sampai habis, sehingga beberapa informasi penting yang mungkin saja berperan besar dalam berita tersebut justru tidak tersampaikan dengan baik. Toh, sering kita dapati berita dengan judul yang clickbait bukan?

Anonimitas Suatu Berita

Selain beberapa faktor di atas, anonimitas suatu berita ini sendiri juga cenderung berperan besar dalam maraknya penyebaran berita hoax.

“Izin share dari grup sebelah”

“Saya gak tahu, kan saya cuma share

Ayo, siapa yang nyengir ketika membaca dua dialog di atas? Sudah tidak asing lagi bukan?

Berita tanpa sumber yang jelas akan membuat individu kesulitan mencari tahu kebenaran dan keakuratan berita tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai pengguna media sosial yang baik, kita perlu mengkonfirmasi keabsahan suatu berita dan menyertakan sumber informasi yang valid sebelum men-share berita tersebut ke orang lain.

Pandemi, Rentan Berita Hoax

Pandemi, Rentan Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Di tengah hiruk pikuk pandemi Covid-19, beberapa oknum justru memanfaatkan saat ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Seperti memanfaatkan keresahan masyarakat akan hadirnya Covid-19 dengan suguhan berbagai produk yang mengklaim manfaatnya sebagai anti virus Covid-19.

Mungkin hal ini akan terkesan aneh untuk kalangan terpelajar, sebagian akan berpikir “ya salah sendiri, kok percaya, udah tahu gak nyambung”. Iya, itu karena kita punya pengetahuan yang mumpuni, namun bagaimana dengan orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk memiliki pengetahuan yang sama?

Oleh karena itu, penting bagi kita yang memiliki pengetahuan lebih untuk memberikan edukasi kepada orang-orang terdekat kita. Sederhana saja, tidak perlu berkoar-koar menjelaskan bagaimana virus itu dan mekanisme anti virus dalam membunuh virus itu sendiri. Dengan sekedar mengingatkan untuk waspada terhadap berita yang dinilai tidak valid, kita sudah berusaha menyelamatkan orang terdekat kita dari bahaya berita hoax.

Karena secara tidak langsung, berita hoax ini akan berpengaruh terhadap psikologis seseorang. Berita hoax yang cenderung melebih-lebihkan keparahan kondisi di masa pandemi saat ini akan mentransfer rasa cemas dan takut yang berlebihan pada beberapa orang. Tentunya hal ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan mental individu tersebut, bukan?

Hoax Buster

Hoax Buster (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Pemerintah saat ini tengah mengusahakan upaya memberantas berita hoax, terutama di masa pandemi saat ini. Salah satu situs resmi pemerintah yang bisa dijadikan rujukan berita seputar Covid-19 adalah covid19.go.id. Situs ini memuat berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah dan perkembangan resmi dari kasus Covid-19 saat ini. Poin plusnya, kita bisa melakukan pengecekan terhadap berita-berita hoax di bagian kanan atas situs ini, yaitu di menu Hoax Buster.

Nah, setelah mengetahui berbagai informasi di atas, maka kita bisa berhenti menduga-duga kebenaran suatu berita dan mengupayakan untuk memastikan keabsahan berita tersebut sebelum men-share ke media sosial yang kita punya.

Jadi, ayo perangi berita hoax untuk berkontribusi dalam menjaga kesehatan mental masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19!

 

IndahLadya

 

Referensi :

Evita Devega, 2017, Teknologi Masyarakat Indonesia : Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates