 |
Pandemi Covid-19 di Mata Mahasiswa (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)
|
Sebagai sarjana jalur pandemi Covid-19, tentunya membuat saya merasakan beban yang tidak dirasakan sarjana pada tahun 2019 lalu. Untungnya, saya berhasil menyelesaikan penelitian skripsi tepat sebelum pandemi Covid-19 ini melanda Indonesia. Namun, tidak semua mahasiswa yang satu angkatan dengan saya mengalami keberuntungan yang demikian.
Sebagian di antaranya meresahkan penelitian yang tertunda akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa bulan yang lalu. Hal ini berdampak terhadap keterbatasan mereka dalam berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai penelitian yang akan mereka lakukan.
Meskipun penelitian skripsi saya terbilang “aman”, karena telah terselesaikan sebelum PSBB diberlakukan. Namun, tetap saja ada berbagai konsekuensi yang harus saya terima selama proses kelulusan ini.
Kecemasan Berlebih
 |
Kecemasan Berlebih (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)
|
Penundaan sidang sarjana yang diberlakukan oleh kampus membuat saya harus lebih bersabar menanti kepastian itu datang. Saat itu, tidak ada yang dapat memastikan kapan tepatnya dunia akan kembali normal. Apalagi ketika kasus pertama yang menimpa Indonesia, tepatnya pada bulan Maret lalu, membuat semua orang dilanda kecemasan berlebih.
Panic buying yang terjadi di mana-mana, membuat beberapa oknum semena-mena menjual barang dagangan mereka dengan harga yang tak masuk akal. Bagaimana mungkin di tengah kecemasan akibat pandemi yang datang secara tiba-tiba ini membuat mereka sampai hati untuk menambah kecemasan sesama saudaranya sendiri.
Saya masih ingat betul ketika ingin membeli masker satu kotak pun tiba-tiba stock di semua toko menjadi kosong. Ada apa dengan dunia saat itu? Semua berlomba-lomba menghabisi stock di beberapa toko untuk menjualkannya kembali dengan harga yang tak masuk akal. Sungguh, betapa teganya oknum-oknum seperti ini.
Penundaan Sidang Sarjana
 |
Penundaan Sidang Sarjana (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Kembali pada peraturan penundaan sidang sarjana yang diberlakukan oleh kampus. Saat itu menjadi saat-saat terberat dalam hidup saya. Bagaimana mungkin seorang Indah Ladya yang semua rencana hidupnya sudah tersusun rapi harus terpaksa menyerah pada keadaan dikarenakan permasalahan pandemi yang belum juga menemukan titik terangnya.
Sejujurnya, saya marah pada dunia saat itu. Saya merasa gagal untuk memberikan apa yang selama ini orang tua saya harapkan. Sebenarnya, tidak ada tuntutan lebih dari mereka, hanya saja mungkin saya terlalu menganggap hal itu sebagai suatu kewajiban yang harus segera saya tunaikan.
Untungnya, setelah 2 bulan terombang-ambing tanpa kepastian, saya dan tim penelitian saya berhasil menyelesaikan sidang sarjana tersebut dan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi daripadanya. Congratulations, guys!
Peluang Melanjutkan Pendidikan yang Terbatas
 |
Peluang Melanjutkan Pendidikan yang Terbatas (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Saya merasa bahwa beban saya saat itu perlahan luruh seiring berjalannya waktu. Apalagi saat itu pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan persiapan menuju New Normal yang rencananya akan diberlakukan beberapa minggu setelahnya.
Sayangnya, ternyata kehidupan pasca kampus tidak seindah yang saya bayangkan. Sebagai alumni dari jurusan yang termasuk dalam rumpun kesehatan, saya memiliki kewajiban untuk meneruskan studi saya ke jenjang selanjutnya, yaitu studi profesi. Memang bukan menjadi suatu keharusan, tapi saya adalah salah satu dari mayoritas Sarjana Farmasi yang memilih untuk meneruskan studi profesi tersebut.
Pikiran saya saat itu kacau balau karena kewalahan harus menyusun kembali rencana-rencana hidup ke depannya yang sempat porak-poranda akibat dihantam pandemi Covid-19. Beberapa Universitas yang memiliki Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) menerapkan pemberlakuan untuk hanya menerima mahasiswa internal dari kampus itu sendiri sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Sedangkan saya dan beberapa rekan alumni dari kampus yang belum memiliki PSPA ini terpaksa harus mencari Universitas yang mau menerima mahasiswa eksternal. Sayangnya, saat itu masih sedikit yang memberlakukan kebijakan demikian. Akibatnya, saya dan beberapa rekan alumni yang lain harus bersabar hingga beberapa kampus membuka pendaftaran untuk mahasiswa eksternal yang bukan berasal dari kampus tersebut.
Sistem Pembelajaran Online
 |
Sistem Pembelajaran Online (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Tidak semua mahasiswa seangkatan saya bisa lulus di tahun ini, sebagian di antaranya masih mengambil beberapa SKS mata kuliah yang mengharuskan mereka untuk melakukan pembelajaran secara online. Sistem pembelajaran ini tentunya menjadi suatu hal baru yang tidak mudah untuk diterapkan begitu saja, butuh penyesuaikan lebih selama prosesnya.
Tidak hanya mereka, beberapa rekan alumni yang telah melanjutkan studi profesi di tahun 2020 ini pun turut merasakan sistem pembelajaran online. Berbagai masalah dari sistem pembelajaran online yang sudah sangat sering terdengar seperti kesulitan untuk fokus hingga permasalahan teknis sebagaimana sinyal yang tidak selamanya stabil.
Kesenjangan sosial tentunya menjadi suatu hal yang terlihat jelas di mana setiap mahasiswa memiliki perbedaan kecepatan internet berdasarkan daerah tempat tinggalnya masing-masing.
Peran Pemerintah
 |
Peran Pemerintah (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Terlepas dari semua aspek yang terkena dampak pandemi Covid-19 saat ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, membuat kita tidak punya pilihan lain selain mempercayakan sepenuhnya hal ini kepada pemerintah Indonesia. Tidak ada yang bisa memastikan kebijakan mana yang benar-benar menyembuhkan dampak buruk yang terlanjur menggerus masyarakat Indonesia saat ini.
Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini masih diberlakukan dalam sektor pendidikan diharapkan mampu menjadi solusi yang menjanjikan untuk menghindari penularan virus Corona yang lebih meluas. Namun, tentunya hal ini membutuhkan tindak lanjut mengenai keputusan PJJ ini sendiri.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Nadiem yang dikutip dari laman kompas.com (3/7/2020), bahwa pembelajaran jarak jauh ini akan menjadi permanen. Namun, sebagai konsekuensinya, pemerintah tentu perlu menaruh perhatian khusus terhadap beberapa mahasiswa yang berasal dari daerah pelosok yang minim sinyal sehingga mau tak mau harus meninggalkan kampung halamannya demi kelancaran proses PJJ via online ini sendiri.
Jika pun nantinya sistem PJJ ini tidak lagi diberlakukan dan instansi pendidikan siap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, lantas apakah masyarakat yang mencakup mahasiswa bahkan siswa dari jenjang SD hingga SMA ini sesiap instansi tersebut untuk dapat taat?
Indah Ladya
Referensi :
CNN Indonesia, 2020, Nadiem Ibaratkan Pandemi Covid-19 Ledakan Bagi Pendidikan, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200731062239-20-530894/nadiem-ibaratkan-pandemi-covid-19-ledakan-bagi-pendidikan
Kompas.com, 2020, Menteri Nadiem Wacanakan Belajar Jarak Jauh Permanen Setelah Pandemi Covid-19, Mungkinkah? https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/03/155830065/menteri-nadiem-wacanakan-belajar-jarak-jauh-permanen-setelah-pandemi-covid?page=all
Rosmha Widiyani, 2020, Tentang New Normal di Indonesia: Arti, Fakta, dan Kesiapan Daerah, https://news.detik.com/berita/d-5034719/tentang-new-normal-di-indonesia-arti-fakta-dan-kesiapan-daerah
Tim detikcom, 2020, Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali Masuk RI?, https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri
#OneDayOnePost
#TantanganPekan9
#ODOPBatch8