Minggu, Oktober 4

Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting' (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Pernah dengar istilah helicopter parenting? Helikopter kan yang terbang-terbang di udara, terus apa hubungannya nih sama dunia parenting

Sesuai namanya, helicopter parenting adalah pola asuh ketika orang tua terlalu berlebihan dalam menjaga anaknya. Pada helicopter parenting ini, orang tua akan mengawasi setiap aspek kehidupan anak mereka secara konstan sehingga diibaratkan seperti baling-baling pada helikopter.

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, baik dengan cara melindungi ataupun memastikan bahwa semua hal yang berkaitan dengan anaknya berjalan dengan baik. Namun, jika upaya melindungi ini terlalu berlebihan, maka hal ini bisa menyebabkan beberapa dampak buruk, yang mana disebut sebagai helicopter parenting, atau yang biasa kita kenal dengan overprotective parenting.

Nah, setelah mendengar kata overprotective parenting, pastinya kita bisa lebih ngeh kan? Helicopter parenting ini pertama kali saya dengar ketika mengikuti kelas speaking yang membahas mengenai beberapa idiom, salah satunya ya helicopter parenting ini. Hal inilah yang membuat saya ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana sih pola asuh yang disebut sebagai helicopter parenting ini.

Dampak Negatif Helicopter parenting

Dampak Negatif Helicopter Parenting (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Istilah helicopter parenting ini muncul bersamaan dengan istilah generasi milenial atau kids jaman now. Pola asuh ini memiliki kecenderungan mirip helicopter yang melayang-layang di atas anak dan segera menukik untuk menyelamatkannya ketika terjadi suatu masalah pada anak tersebut (id.theasianparent.com).

Pola asuh helicopter parenting dapat disebabkan oleh rasa khawatir yang berlebihan oleh orang tua terhadap anak. Rasa khawatir ini bisa ditinjau dari beberapa aspek. Contohnya, keinginan agar anak selalu terlihat sempurna, seperti mengerjakan PR atau tugas prakarya si anak hanya untuk memastikan ia mendapatkan nilai yang sempurna dalam tugas sekolahnya tersebut.

Contoh lainnya seperti membayangi si anak dengan cara mengatur lebih jauh siapa yang pantas menjadi temannya dan tidak memperbolehkan anaknya tersebut untuk bermain sendirian tanpa pengawasan dari orang tuanya. Nah, ternyata se-simpel ini sudah bisa disebut sebagai helicopter parenting ya? Hehe.

Meskipun mungkin maksud dari orang tua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting ini adalah baik. Namun, apabila hal ini membuat anak merasa terlalu dikekang, maka akan menyebabkan beberapa dampak negatif, seperti halnya di bawah ini.

Anak Menjadi Kesulitan Dalam Menyelesaikan Masalah

Hal ini dapat disebabkan oleh pola asuh helicopter parenting yang membuat orang tua terus membayangi anak dalam segala aspek, terutama ketika ia mendapatkan suatu masalah. Pada akhirnya, ketika orang tua tersebut berhalangan hadir atau memiliki kesibukan lain ketika si anak mendapatkan masalah, maka hal ini dapat menyebabkan si anak kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Anak Menjadi Mudah Cemas

Pola asuh helicopter parenting yang membuat anak selalu diawasi oleh orang tua mereka akan membuat mereka merasa terbebani secara batin. Hal ini dikarenakan timbulnya rasa khawatir dan cemas akibat rasa takut akan kegagalan yang mungkin akan mengecewakan orang tuanya tersebut.

Anak Menjadi Tidak Mandiri

Kalau yang ini sih sudah jelas ya. Anak dengan pola asuh helicopter parenting akan mengalami kesulitan untuk menjadi sosok yang mandiri. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh orang tua mereka justru akan membuat mereka ketergantungan pada fasilitas-fasilitas tersebut. Padahal, pada akhirnya si anak ini tetap harus menjadi mandiri terutama ketika ia dewasa nanti dan memiliki tanggung jawab atas dirinya pribadi.

 

Helicopter parenting, Tidak Selamanya Buruk

Helicopter Parenting, Tidak Selamanya Buruk (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Sebagaimana pola asuh helicopter parenting yang diidentikkan dengan pola asuh yang terlalu “ikut campur” dalam masalah anak, pola asuh ini akhirnya dipersepsikan sebagai pola asuh yang terlalu mengatur anak lebih jauh. Namun, meskipun selama ini dikonotasikan sebagai hal yang cenderung negatif, ternyata pola asuh helicopter parenting ini juga memiliki sisi positifnya loh dari beberapa ahli.

Salah satu penulis yang juga seorang ibu, Yolande Bariel, mengungkapkan dalam artikelnya di Golden State Newspapers, pola asuh helicopter parenting tidaklah buruk. Barial menjelaskan, bahwa mengatur dan membimbing anak-anak merupakan gagasan yang baik (lifestyle.kompas.com).

Apabila diterapkan dengan cara dan timing dan tepat, sebenarnya pola asuh ini justru akan meningkatkan bonding antara anak dan orang tua. Seperti halnya sebagian orang tua yang selalu siap menjadi pendengar keluh kesah si anak. Hal ini tentunya akan membuat anak tersebut memiliki kepercayaan penuh terhadap orang tuanya sehingga tidak mencari solusi lain yang mungkin justru akan menyebabkan ia terjebak dalam masalah yang lebih besar.

Pola asuh helicopter parenting ini juga akan membuat anak menjadi lebih terbuka pada orang tua mereka yang justru akan mempermudah terbangunnya hubungan positif dari suatu hubungan anak dan orang tua, sehingga dapat membantu kesuksesan mereka dalam jangka waktu panjang.

Cara Mencegah Dampak Negatif

Cara Mencegah Dampak Negatif (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Dengan segala sisi positif dan negatifnya, pada dasarnya pola asuh helicopter parenting ini pastinya diterapkan oleh sebagian orang tua bukan tanpa alasan. Pastinya ada alasan yang mendasari apa penyebab mereka memilih untuk menjadi “orang tua helikopter” tersebut.

Nah, untuk mencegah dampak negatif yang dihasilkan dari pola asuh helicopter parenting ini, beberapa tips di bawah ini mungkin akan membantumu loh!

Mengatur Timing yang Tepat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, timing yang tepat merupakan kunci utama dari keberhasilan pola asuh helicopter parenting yang baik. Sebagai orang tua yang baik, seharusnya mengetahui kapan orang tua harus ikut campur dalam masalah anaknya, dan kapan harus tidak ikut campur.

Seperti halnya dalam mengerjakan PR, orang tua yang baik akan berusaha menjadi guru bagi anak-anaknya. Cukup ajarkan caranya lalu mintalah anak tersebut untuk mengerjakannya sendiri. Selain melatih diri untuk menjadi lebih mandiri, hal ini tentunya akan membentuk karakter anak agak mampu menyelesaikan masalah-masalah lebih besar yang mungkin akan ia hadapi di kemudian hari.

Mencari Tahu Bakat Anak

Orang tua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting ini biasanya cenderung memilihkan apa yang seharusnya disukai oleh si anak. Mulai dari jenis les yang ia ambil, alat musik yang harus ia pelajari, bahkan tak jarang beberapa orang tua yang terlalu mengekang si anak untuk menjadi suatu profesi pilihan orang tuanya.

Nah, bukankah hal ini akan mengakibatkan timbulnya rasa stres pada si anak? Bahkan anak akan cenderung merasa cemas dan khawatir karena takut bahwa dirinya tidak memenuhi ekspektasi orang tuanya tersebut. Hmm, hayo yang senyum-senyum sendiri itu kenapa? Ngena banget ya? Hehe.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal ini, maka perlu komunikasi yang baik antara orang tua dan anak agar orang tua lebih mengetahui apa yang sebenarnya anak tersebut sukai. Dengan menjadi pendengar yang baik, maka akan meminimalisir kesalahpahaman antara anak dan orang tua toh? Orang tua gak dongkol, anak pun happy.

Mempercayai Anak untuk Menjelajahi Dunianya

Sebagaimana anak di usia pertumbuhan yang cenderung memiliki rasa ingin tahu lebih jauh, maka sebetulnya hal ini perlu kita sebut sebagai hal yang wajar. Sebagai orang tua juga pernah mengalami hal ini, kan? Nah, pemahaman akan rasa ingin tahu si anak inilah yang perlu diterapkan sebagai orang tua.

Dengan menerapkan hal ini, maka anak akan memiliki rasa percaya diri lebih tinggi sehingga mampu memiliki rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri ke depannya. Orang tua cukup menjadi seseorang yang selalu ada ketika anak membutuhkannya, maka hal ini akan membuat terbentuknya hubungan positif antara anak dan orang tua menjadi lebih mudah.

Meskipun terkesan sulit, tetapi ada baiknya untuk sebisa mungkin menghindari pola asuh helicopter parenting yang berlebihan. Karena pada dasarnya, jika si anak ini terlalu bergantung pada kita, maka kita sendiri yang akan mengalami kesulitan ketika ada hal-hal mendesak yang mengharuskan kita meninggalkan si anak sendirian di rumah tanpa pengawasan langsung dari kita.

Ingatlah bahwa melindungi dan mengawasi anak memang perlu. Namun, segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak akan berdampak baik, bukan?

 

IndahLadya

 

Referensi :

Giasinta Angguni, 3 Tipe Helicopter Parents yang Selalu Ikut Campur Urusan Anak, Anda Tipe yang Mana? 

Kompas.com, 2017, Benarkah Pola Asuh Helicopter parenting Buruk Untuk Anak?

2 komentar:

  1. Setuju. Melindungi yang berlebihan memang bisa bahaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, nanti dikhawatirkan anaknya jadi selalu tergantung dgn orang tuanya kan ya 😅

      Hapus

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates