Sebuah Fiksi Mini : Hujan
![]() |
Hujan (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Dengan kesal, aku menyeruput kembali kopi buatanku tadi pagi. Aku bertanya-tanya, mengapa di hari pertama tahun baru 2020 ini hujan masih tak kunjung reda. Ntahlah, tapi aku benci sekali dengan hujan.
Langit menjadi gegap gempita, matahari pun menghilang, diiringi petir dan kilat yang saling menyambar.
Kepalaku mendadak pusing, hingga akhirnya seseorang dengan suara yang tak asing lagi menyapa,
“Masih berkutat di satu draft?” Tanyanya.
“Eh, iya, Mas, gak bisa konsen nih, hujannya berisik!”
Seperti biasa, aku dengan omelanku setiap pagi karena artikel permintaan klien yang tak kunjung usai, ntah apa yang salah dengan diriku, untuk menyelesaikan satu artikel saja aku sudah kewalahan. Ditambah gemuruh hujan yang membuat aku semakin menyalahkan keadaan.
Dan kamu, tetap dengan senyuman itu. Senyuman yang menghangatkan, senyuman yang seolah selalu berkata, “gapapa, kan berproses, semangat ya bikin artikelnya!”
“Mas Candra gak minum kopi juga?” Tanyaku padanya sembari memandangi layar laptop, mencoba menuangkan isi pikiranku ke dalam artikel di sana.
“Nggak, Dek, Mas nggak haus.” Ucapnya.
“Ah, iya, syukurlah. Kebetulan kopi kita sedang habis, Mas. Dan siapa juga yang mau keluar di tengah hujan deras begini?” Kamu pun tertawa lalu kembali dengan kesibukanmu seperti biasa, memandangiku yang sedang pusing dikejar deadline.
Aku bersyukur sekali memiliki suami sepertimu, Mas. Suami yang selalu siap siaga mendekap aku ketika tengah gusar di tengah pekerjaan yang aku rasa tak pernah ada habisnya.
Aku senang mengenang semuanya tentang kita, coffee shop pertama yang kita singgahi, film pertama yang kita tonton, bunga pertama yang kamu berikan padaku. Namun, tidak dengan kenangan kita tentang hujan.
***
Tak lama kemudian, petir bergemuruh disertai kilat yang menyambar, terlihat jelas dari celah jendela yang setengah tertutup tirai.
“Loh, Mas, mau kemana? Di luar masih hujan, loh!”
“Hujannya sudah reda, Mas pergi dulu ya!”
*Tok..tok..tok..
“Eh, iya, Mbak, kenapa?” Saking lamanya melamun, aku sampai tak sadar bahwa seseorang telah lama mengetuk pintu kamarku.
“Dek, hujannya udah reda nih, kita ziarah dulu yuk!”
***
Desember 2017,
Hujan lebat yang membuat kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang tak terelakkan, dan merenggut nyawa salah seorang korban bernama Candra.
#OneDayOnePost
#ODOP
#ODOPChallenge5
Hoalah kok jadi sedih gini... Semacam nostalgia yaa
ReplyDeletehihi, iya betul mbak, hujan yang membawa kenangan :)
DeleteAkhirnya bikin kaget mbaa..tapi aku suka tulisannya 😍
ReplyDeleteWah alhamdulillah, terima kasih mbak 😁
DeleteWaaah endingnya enggak nyangka. Keren.
ReplyDeleteHehe alhamdulillah mbak, terima kasih 😁
DeleteMba indaaah....aku terkejut endingnyaaa....sukaa sih tulisannyaa...semangat selalu mbaaak
ReplyDeleteIya mbak, semangat juga buat mbaknya! 😊
Deleteunpredictable ending, suka... suka... suka... :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih mas 😁
Deleteendingnya tak kusangka
ReplyDeleteMindblowing ya mbak 🤭
DeleteMasya Allah bagus sekali mb tak terbayangkan akhirnya
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih mbak 😁
DeleteHujan, 2% air, 98% kenangan
ReplyDeleteHihi, iya betul mbak, kalo hujan bawakannya mau flashback
DeleteHemmmmmm bagus sekali..... MaasyaAllah. Ada baper2 nya hehehe... kehidupan keluarga itu asyik ya;)
ReplyDeleteHehe
Iya mbak, asik sih kayaknya, tapi saya belum nyoba juga, masih single, hehehe
DeleteEnding yang nggak ketebak...duh sediiihhhh
ReplyDeletehehe iya nih mbak
DeleteWah, ternyata kenangan. Sebuah kenangan yang indah. Masa kini penuh kesedihan.
ReplyDeleteiya mbak, karena hujan tempatnya mengingat semua kenangan, hehe
Deleteih sama mbak idenya juga tentang hujan, bolehlah main ke blogku..
ReplyDeleteWah, boleh deh saya berkunjung nanti mbak
Deletekalau ada lanjutannya aku penasaran nih, Candra meninggal itu sebagai siapanya tokoh aku, dan aku penasaran kenapa tokoh aku sangat benci dengan hujan
ReplyDeleteMas Candra itu suaminya tokoh "aku" mbak, dia benci hujan sebab dia kehilangan suaminya karena kecelakaan saat hujan itu
DeleteKematian selalu meninggalkan kesedihan
ReplyDeleteiya mbak, betul
DeleteMantap
ReplyDeleteTerima kasih, mas
Delete