Rabu, September 9

 

Working Too Hard (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Sebagian orang berpikir bahwa bekerja keras adalah hal yang perlu dilakukan demi keberhasilan suatu karir, namun benarkah demikian?

Saya pernah bertemu dengan seorang pekerja keras yang mungkin menggunakan 24 jam waktunya untuk bekerja. Sehingga semua aktivitas di luar “kerja” harus dibarengi dengan “kerja” itu sendiri. Seperti apa contohnya? Yuk simak di bawah ini!

  • Makan Sambil Balesin Email
  • Liburan Sambil Bawa “Kerjaan”
  • Beribadah Seadanya

Nah dari ketiga kegiatan tersebut, mana nih yang kamu banget? Yuk ngaku! Terkadang kepadatan waktu kerja membuat kita terlupa bahwa manusia juga butuh istirahat, butuh waktu makan, butuh waktu tidur, butuh waktu ibadah, dan butuh waktu liburan. Namun, apa jadinya jika semua waktu “istirahat” itu justru kita barengi dengan “kerjaan”?

Rajin Pangkal Kaya, Malas Pangkal Miskin

Sudah tidak asing lagi bukan? Sepintas tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut, namun apabila kalimat tersebut dianggap menerangkan bahwa hanya orang yang bekerja keras yang akan sukses, ya itu salah sih menurutku. 

Karena kita harus ingat bahwa sukses tidak hanya dipengaruhi oleh seberapa besar usaha orang tersebut, ada 2 faktor lagi yang terkadang secara tidak langsung justru berperan cukup besar dalam kesuksesan seseorang, yaitu privilege dan keberuntungan.

Selain itu, bekerja dengan waktu yang lebih sedikit namun efisien justru lebih baik dibandingkan bekerja 24 jam namun banyak distraction-nya, seperti ketika kamu lebih banyak nge-cek hp dibanding kerjanya misalnya?

Terkadang orang cenderung merasa bangga ketika ia mempunyai banyak kesibukan, bangga ketika ia over-worked.

“Aku kemarin tidur 4 jam doang loh!”

“Gila, abis ini aku ada meeting lagi nih!”

“Kayaknya aku gak tidur deh malem ini, deadline nih!”

Again, sepertinya beberapa dari kita sempat tenggelam dalam dunia over-worked ini ketika melihat beberapa contoh kalimat di atas, setuju?

Why is Working Too Hard is Not Good?

Sebuah kutipan terkenal dari William Arthur Ward, “Study while others are sleeping; work while others are loafing; prepare while others are playing; and dream while others are wishing.”

See? Ternyata lifestyle seperti ini nampakmya sudah sangat akrab dengan dunia entrepreneur saat ini.

Saya tidak bisa menyalahkan sebagian besar orang yang memilih untuk menjalani lifestyle demikian, namun, ada baiknya kita menyadari bahwa sebenarnya mixing antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya justru memiliki nilai distraksi yang bermakna.

Bukankah bekerja 4 jam lalu makan dan istirahat selama 1 jam akan lebih efektif dibandingkan bekerja sambil makan selama 5 jam? Atau bahkan lebih? Selain mempengaruhi konsentrasimu dalam bekerja, distraksi-distraksi seperti ini juga akan membunuh kreativitasmu.

Nah, selain itu, beberapa alasan mengapa “working too hard” sebaiknya tidak dilakukan, bisa disimak di bawah ini ya!

Memperburuk Kesehatan

Of course, ketika kamu tidak tidur semalaman demi menyelesaikan pekerjaan yang tidak berhenti datang silih berganti, lantas apakah itu akan baik untuk kesehatanmu? Tentu saja tidak, selain akan mengganggu konsentrasimu di keesokan harinya, hal ini juga akan memicu stres, sebagaimana yang kita tahu bahwa high levels of stress are a recipe for illness.

Kesuksesan Seolah Hanya Terpaku dengan Uang

Fenomena “work hard” ini menjadi eksis semenjak kesuksesan seseorang terukur dari seberapa besar materil yang ia miliki, seperti mobil sport, rumah mewah, smartphone terkini, dan masih banyak lagi.

Pandangan orang lain seolah cenderung berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang, padahal nyatanya ada beberapa hal yang tidak kalah penting dari kesuksesan finansial itu tersendiri, seperti hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan diri sendiri. Sudahkah kamu mengapresiasi dirimu sendiri?

Mengindikasikan Bahwa Kamu Tidak Working Smart

“I choose a lazy person to do a hard job. Because a lazy person will find an easy way to do it.” (Bill Gates)

Pernah dengar kutipan di atas? Yap, bekerja “cerdas” justru akan lebih efektif dibandingkan bekerja “keras”.

Work-Less

Pernah dengar istilah work-less? Yap, sistem “bekerja lebih sedikit” ini nampaknya mulai diterapkan oleh beberapa individu yang sadar bahwa “working too hard” tidak selamanya baik.

Terutama untuk kelompok entrepreneur dan freelancer yang cenderung tidak terikat oleh jam kerja, maka sebaiknya work-less ini mulai diterapkan.

Work-less ini tidak diartikan sebagai bekerja dengan malas-malasan, a big no! Work-less adalah sistem kerja yang didesain agar suatu individu dapat memiliki jam kerja yang lebih sedikit namun lebih efisien.

Dengan jam kerja yang lebih sedikit, maka kamu akan memiliki waktu lebih untuk mengapresiasi dirimu dengan sekedar beristirahat dan me-refresh kembali pikiran untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan di keesokan harinya.

Ketika kamu hanya perlu bekerja 4 jam, apa yang akan kamu kerjakan dalam 4 jam itu? Sudah tahukah mana “tugas” yang termasuk prioritasmu?

Dan ketika kamu sudah menemukan “tugas” mana yang menjadi prioritasmu, maka tentukan waktu terbaikmu, jauhi segala bentuk distraction yang akan mengganggu selama jam kerjamu, dan silahkan nikmati waktu istirahatmu setelahnya.

Bukankah ini terlihat lebih efisien bukan?

 

IndahLadya

 

Referensi :

Leo Babauta, Work Less

10 komentar:

  1. Aku tipe yang makan sambil balesin email mbaak..ehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya sih mbak, terkadang kita suka suka nyambi makan depan laptop ya 😅

      Hapus
  2. Dengerin musik sebelum kerja... Rasanya lebih semangat...

    Tapi aku kalo sambil kerja masih ngederin musik justru bisa pecah konsentrasinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah persis seperti saya ini mbaknya, gabisa konsentrasi kalau ada musik, hahah

      Hapus
  3. Pekerjaanku membuat tools supaya orang lain lebih efisien. Misalnya untuk mengirim data tinggal klik tombol kirim. Tapi untuk membuat satu tombol itu bekerja, aku harus menghabiskan waktu berhari-hari bahkan bisa sampai satu bulan. 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh punten mas, saya lupa memberi pengecualian terhadap bbrp jenis pekerjaan yang memang butuh waktu lebih lama, hehe. terimakasih telah berbagi pengalamannya mas

      Hapus
    2. Seringkali gak konsentrasi dalam pekerjaan, yang akhirnya dinanti-nanti dan menjadi numpuk.

      Hapus
    3. Betul kak, jadi kalo dipersempit waktu kerjanya bisa lebih terpacu buat fokus kan? 😅

      Hapus
  4. Yang aku pikirkan adalah punya smart home yg bisa menghandle pekerjaan domestikku. Jadi aku bisa santai nulis. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren mbak, semoga segera terwujud ya! 😁

      Hapus

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates