Senin, Januari 18

Mengapa Anak Menjadi Tidak Jujur?
Mengapa Anak Menjadi Tidak Jujur (indahladya.com)

Mendidik anak menjadi seseorang yang jujur tentu tidak semudah yang dibayangkan. Seringkali orang tua sudah berupaya semaksimal mungkin agar anak menjadi pribadi yang lebih terbuka. Namun, hasilnya tetap tidak sesuai yang mereka inginkan.

Lantas, apakah ada hal khusus yang menyebabkan kegagalan dalam mendidik anak menjadi pribadi yang lebih jujur tersebut? Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasannya berikut ini!

Kebiasaan Berbohong Mengenai Hal Kecil

Kebiasaan Berbohong Mengenai Hal Kecil
Kebiasaan Berbohong Mengenai Hal Kecil (indahladya.com)

Seringkali banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka sudah lebih dulu mencontohkan kebiasaan berbohong ini sejak anaknya masih kecil. Kebohongan-kebohongan kecil seperti “jangan nangis lagi, nanti mama belikan permen ya!”, padahal janji tersebut tidak kunjung dipenuhi oleh orang tuanya, hanya sebagai iming-iming penenang sementara saja.

Kebohongan kecil lainnya seperti ketika akan menghindari sang anak menjadi rewel ketika kedua orang tuanya akan pergi ke kantor, maka biasanya mereka akan mengatakan “papa cuma pergi sebentar doang kok”, eh padahal ditungguin sampai malem kok belum pulang-pulang juga, hihi.

Sebenarnya mungkin banyak orang yang kontra mengenai poin yang saya jelaskan satu ini. Karena perihal mengatasi anak yang sedang rewel memang tidak semudah yang dibayangkan. Namun, mengatasi hal tersebut dengan kebohongan juga tidak dapat dibenarkan, bukan?

Saya setuju dengan pendapat salah seorang influencer yang pernah mengatakan bahwa, anak itu perlu diperlakukan sama seperti orang dewasa pada umumnya. Karena mereka juga punya hati dan perasaan, yang membedakan hanyalah usianya saja yang masih kecil.

Jadi, ketika kamu mulai terbiasa melakukan kebohongan-kebohongan kecil kepada anakmu, maka anak ini akan merespon hal tersebut sebagai suatu hal yang biasa untuk dilakukan. That’s why, jangan heran kalau ke depannya mereka menganggap menambahkan “bumbu-bumbu” ke dalam cerita mereka adalah hal yang umum saja, bukan suatu hal yang tidak diperbolehkan.

Anak Merasa Kejujurannya Tidak Dihargai

Anak Merasa Kejujurannya Tidak Dihargai
Anak Merasa Kejujurannya Tidak Dihargai (indahladya.com)

Sebagian anak mungkin sudah mau untuk mulai terbuka dengan kedua orang tuanya melalui kejujuran-kejujuran kecil, misalkan mengenai pendapatnya ketika memutuskan akan mengambil jenis ekskul yang akan ia tekuni nantinya.

Sayangnya, beberapa orang tua cenderung melakukan denial terhadap pendapat anak tersebut dengan alasan “udah nurut aja, orang tua pasti tau yang terbaik buat anaknya!”. Padahal penolakan-penolakan seperti ini akan membuat anak menjadi takut untuk mengungkapkan kembali apa yang sebenarnya ia inginkan.

Saya tidak sepenuhnya menyalahkan bentuk didikan yang bagaimana yang orang tua terapkan kepada anak-anak mereka. Namun, hal yang perlu diingatkan kembali adalah anak juga punya perasaan. Ketika mereka tidak merasa perasaan mereka dihargai, maka mereka akan cenderung menutup diri dan tidak mau mengeluarkan pendapatnya lagi dengan dalih “yaudahlah, paling-paling nanti disuruh nurut sama pendapat mama”.

Tuntutan Orang Tua yang Terlalu Tinggi

Tuntutan Orang Tua yang Terlalu Tinggi
Tuntutan Orang Tua yang Terlalu Tinggi (indahladya.com)

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, tuntutan kedua orang tua seringkali membuat anak berada di posisi yang sulit. Pernahkah kamu membicarakan mengenai mimpi dan cita-cita anakmu ke depannya? Lalu bagaimana pendapatmu ketika ternyata mimpi dan cita-cita yang mereka utarakan tidak sesuai dengan keinginanmu saat itu?

Saya yakin bahwa semua orang tua pasti mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, untuk bisa mendapatkan hasil terbaik tersebut, dibutuhkan diskusi dua arah dengan anak. Hal ini untuk meminimalisir anak untuk berada di posisi tertekan karena merasa terpaksa untuk melanjutkan impian kedua orang tua mereka.

Percayalah bahwa anak pun memiliki kelebihan di samping kekurangan yang seringkali dengan cepat terlihat olehmu. Tugas kita sebagai orang tua hanyalah mengarahkan agar sang anak sesegera mungkin menemukan kemampuan dan bakatnya tersebut.

Tidak perlu pusing mengenai anak yang tidak bisa mendapatkan nilai cemerlang pada pendidikan akademiknya, coba tanyakan kembali perihal pelajaran mana yang ia senangi, tanyakan perihal ekskul mana yang ingin ia tekuni. Perlahan tapi pasti, anak nantinya akan menemukan jati dirinya sendiri.

Melatih Anak Menjadi Lebih Jujur

Melatih Anak Menjadi Lebih Jujur
Melatih Anak Menjadi Lebih Jujur (indahladya.com)

Setelah mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan kebiasaan berbohong pada anak, maka kamu bisa mencoba beberapa cara di bawah ini untuk membentuk kebiasaan jujur dan terbuka oleh anak kepada kedua orang tuanya.

Tanyakan Mengenai Perasaannya di Hari Itu

Sepulang anaknya dari sekolah, seringkali orang tua terlebih dahulu menanyakan mengenai nilai dari materi yang anaknya pelajari di hari itu. Meskipun tidak sepenuhnya salah, tetapi akan lebih baik apabila orang tua terlebih dahulu menanyakan mengenai apa yang dirasakan oleh sang anak di hari itu.

Kamu dapat menanyakan apakah sang anak mengalami peristiwa yang menyedihkan atau malah membahagiakan di hari itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentunya akan melatih anak untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap kedua orang tuanya karena mereka merasa bahwa perasaan mereka sangat dihargai saat itu.

Hargai Kejujurannya

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kamu perlu menghargai kejujuran yang diutarakan oleh sang anak, bahkan sepahit apapun itu. Karena pada dasarnya kejujuran tetaplah kejujuran yang memang nyata dialami sang anak di hari itu.

Jangan terbiasa untuk memarahi anak yang tidak menghabiskan bekalnya di sekolah, jangan terbiasa untuk memarahi anak yang belum bisa meraih ranking tertinggi di kelasnya, jangan terbiasa untuk memarahi anak yang tidak terlihat sesempurna anak-anak lainnya.

Dengan menghargai kejujuran yang telah disampaikan oleh anak, maka akan melatih mereka untuk menjadi lebih terbuka karena mereka merasa mendapatkan penerimaan secara utuh dari kedua orang tua mereka.

Mengenalkan hal yang salah dan tidak boleh dilakukan pada anak tentu saja diperbolehkan. Namun, penyampaiannya pun harus dilakukan dengan baik, bukan dengan menghakimi bahkan membandingkan mereka dengan anak yang lainnya.

Membentuk Pola Pikir Anak

Pada usia sekolah, anak tentunya sudah mulai memiliki kemampuan nalar. Sebagai orang tua yang baik, kita dapat mulai menjelaskan mana hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri pengertian pada anak mengapa suatu hal tersebut tidak boleh dilakukan, jelaskan apa yang akan diakibatkan jika sang anak tetap melakukan hal tersebut.

Sebagai contoh, ketika akan melarang anak bermain di dekat dapur, jelaskan bahwa akan ada kemungkinan ia terkena benda yang panas ketika tetap bermain di sana. Hindari untuk memberikan peraturan secara utuh kepada anak tanpa menjelaskan risiko dan alasan dari peraturan itu sendiri.

Karena pada dasarnya, dengan melatih nalar yang dimiliki oleh sang anak, maka akan mempermudahmu untuk membiasakan ia melakukan hal-hal yang baik tanpa perlu menutupi hal-hal yang ia lakukan di belakangmu.

Mendidik anak memang merupakan suatu hal yang luar biasa, orang tua perlu menjadi seorang pembelajar yang aktif di setiap harinya. Meskipun tidak ada pola mendidik anak yang sempurna. Namun, setidaknya kamu telah berusaha untuk menjadi versi terbaik bagi anak-anakmu kelak. Selamat berjuang, Moms!

 

IndahLadya


Baca Juga :

Cita-Cita Atau Sekedar Ambisi Orang Tua
Peran dan Tantagan Orang Tua Selama Masa Pandemi Covid-19
Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting'

1 komentar:

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates