Jumat, Agustus 21

 

Karhutla Sudah di Depan Mata (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Masih segar dalam ingatan betapa sesaknya udara yang kita hirup pada bulan Juli tahun lalu. Sebagai dampaknya, sebanyak lebih dari 900.000 warga terkena ISPA.

Indonesia menyebutnya sebagai “luka lama” yang terulang kembali.

Pada tahun 2015 lalu, Indonesia terkena dampak karhutla dengan jumlah lahan terbakar mencapai 23 dan 16 persen dari keseluruhan area pada provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.

Dan hingga kini, beberapa provinsi di Indonesia dikatakan rawan karhutla dikarenakan mayoritas area yang memiliki ekosistem gambut, dan memiliki jejak terbakar dalam kurun waktu 2015-2019.

Lantas, sudah siapkah Indonesia untuk menghadapi karhutla tahun ini?

Kemarau dan Karhutla

Kemarau dan Karhutla (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)
Puncak musim kemarau 2020 diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2020 
(sumber: bkmg.go.id)

Musim kemarau menjadi pertanda kembalinya ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Sebagaimana musim kemarau yang diidentikkan dengan kekeringan, maka tentunya karhutla tidak bisa terelakkan.

Cabang-cabang kayu yang dalam keadaan kering berpotensi untuk terbakar, meski lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang besar.

Banyak kejadian karhutla yang sulit dipadamkan, bahkan bom air dengan helikopter dan pesawat yang ongkos sewanya mencapai miliaran rupiah pun relatif tak bisa memadamkannya. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor cuaca seperti angin, sehingga penjalaran api sulit diperkirakan.

Dampak Karhutla

Waspada Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan (sumber gambar : indonesiabaik.id)

Sebelumnya, pada tahun 2015, karhutla memicu asap pekat yang turut dirasakan oleh negara tetangga kita, yaitu Malaysia dan Singapura. Kabut asap ini tentunya menghasilkan berbagai dampak yang tak kalah menyeramkan dari kabut asap itu tersendiri.

Masih ingatkah kita seberapa banyak jumlah sekolah yang diliburkan sebagai dampak kabut asap yang tak kunjung usai itu? Beruntunglah apabila kalian memiliki kesempatan untuk bersekolah di ruangan indoor yang full ac sehingga tidak terlalu terkena dampak kabut asap ini tersendiri, karena tidak semua orang memiliki privilege tersebut.

Ratusan bahkan ribuan sekolah terpaksa menghentikan proses pembelajaran mereka dikarenakan kondisi udara yang sudah berada di level berbahaya. Maka pilihannya hanya dua, melanjutkan proses pembelajaran dengan risiko penyakit yang tak main-main atau meliburkan sekolah tersebut sembari menaruh harapan kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan kabut asap sebagai dampak dari karhutla.

Dampak lain yang sangat terasa adalah gangguan pada lalu lintas penerbangan. Jarak pandang yang kurang dari 600 meter menyebabkan tidak memungkinannya bagi pesawat untuk take off dan landing. Hal ini tentunya menyebabkan sebagian bandara nyaris lumpuh sebagai dampak dari kabut asap.

Dilansir dari cnnindonesia.com,  penerbangan di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya pada bulan September 2019 hampir lumpuh karena kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih menyelimuti wilayah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah pada saat itu.

Indonesia Rawan Karhutla

Indonesia memang terkenal dengan hutannya, namun juga tak kalah terkenal dengan kebakaran hutannya.

Indonesia Langganan Kebakaran Hutan (sumber gambar: katadata.co.id)

Kejadian berpola berdasarkan luas terbakar karhutla 2019 yakni sebanyak 63,3% merupakah wilayah baru, 44,1% merupakan wilayah yang berada di ekosistem gambut, 28% merupakan wilayah yang berada di sekitar izin sawit, 27% merupakan wilayah yang berada di sekitar izin sawit dan hutan tanaman industri (HTI), dan 79,5% merupakan wilayah yang berada di tutupan lahan yang langganan terbakar sejak 2015 (sumber: katadata.co.id).

Dengan kembali memasuki puncak musim kemarau tahun ini, maka bisa diperkirakan bahwa karhutla telah di depan mata.

Data dan angka tak pernah berbohong, dengan riwayat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam 5 tahun terakhir, maka pemerintah Indonesia dituntut untuk mengambil langkah antisipasi terhadap kemungkinan tejadinya karhutla 2020.

6 Provinsi Paling Rawan Karhutla

Data Kawal Covid-19 menunjukkan empat provinsi paling rawan karhutla berada pada level kewaspadaan 3, dan dua provinsi lainnya memiliki level kewaspadaan 1. Nilai IKP (Indeks Kewaspadaan Provinsi) secara berurutan yaitu Kalimantan Tengah (3,9), Sumatra Utara (3,6), Jambi (3,3), Sumatra Selatan (2,9), Kalimantan Barat (0,5), dan Riau (0,4) (sumber: katadata.co.id).

Adapun penyebab wilayah tersebut menjadi rawan karhutla dikarenakan ekosistem gambut yang dimiliki oleh wilayah tersebut, mengalami kebakaran berulang dan memiliki jejak terbakar dalam kurun waktu 2015-2019, berada di sekitar izin sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI), serta menunjukkan peningkatan jumlah titik panas selama Januari-Juli 2020.

Karhutla di Tengah Pandemi Covid-19

Karhutla kini seolah semakin menjadi momok menakutkan bagi seluruh warga di Indonesia. Ditambah dengan kehadiran pandemi Covid-19 yang juga menyerang sistem pernafasan. Tentunya, apabila karhutla ini terjadi di tengah pandemi, maka akan meningkatkan kerentanan infeksi Covid-19.

Sebagaimana kabut asap tebal yang tak terelakan sebagai dampak dari karhutla, maka apabila tidak diantisipasi, asap karhutla akan memperparah infeksi Covid-19.

Risiko Karhutla di Tengah Krisis Corona (sumber gambar: katadata.co.id)

Siapkah Indonesia Menghadapi Karhutla (lagi)?

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah telah menyalurkan anggaran secara besar-besaran sebagai penanggulangan dari dampak virus corona yang saat ini tengah mengancam dunia.

Kondisi ini berdampak pada turunnya anggaran KLHK untuk karhutla dari Rp56 miliar menjadi Rp34 miliar dikarenakan seluruh aspek termasuk alokasi anggaran fokus untuk penanganan pandemi (sumber: katadata.co.id).

Namun, saat ini beberapa pemerintah daerah tengah melakukan antisipasi yang terfokus pada kemungkinan karhutla tahun ini, seperti halnya pemerintah provinsi Sumatera Selatan yang mengalokasikan dana sebesar Rp 37 Miliar, pemerintah provinsi Riau mengoptimalkan dashboard Lancang Kuning, pemerintah provinsi Kalimantan Tengah memprioritaskan wilayah karhutla berulang, pemerintah provinsi Kalimantan Barat mensosialisasikan sanksi bagi oknum pembakaran, pemerintah provinsi Jambi menetapkan status siaga darurat karhutla selama 90 hari, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara memperkuat tim terpadu karhutla.

Maka dengan upaya pemerintah dalam mengantisipasi karhutla, diharapkan Indonesia bisa menjadi lebih siap dalam menghadapi kemungkinan karhutla tahun ini.

Mulai Dari Sekarang!

Sebagai antisipasi karhutla, pembenahan bisa dimulai dengan mendata lahan-lahan gambut yang terbuka dan di atasnya berserakan bahan bakar. Pencegahan harus segera mungkin dilakukan di area-area seperti ini, sehingga tak menjadi bom waktu saat musim kemarau mencapai puncaknya yang diperkirakan terjadi pada bulan Agustus tahun ini.

Tidak hanya pemerintah, kita pun harus turut andil dalam upaya mengantisipasi karhutla tahun ini. Simak cara-cara di bawah ini ya!

Langkah Antisipasi Karhutla (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

  • Melakukan soft-campaign dengan bahasa yang persuasif untuk mengajak masyarakat aware terhadap kemungkinan karhutla
  • Tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat yang dapat memicu terjadinya karhutla.
  • Membuat sekat bakar saat pembukaan lahan dengan cara pembersihan rumput, semak, dan pohon pada area yang dianggap rawan untuk mencegah penyebaran api.

Selain langkah-langkah antisipasi di atas, tentunya kesadaran dari masing-masing masyarakat menjadi hal terpenting. Karena terkadang, data, fakta, dan statistik tidak akan bernilai apapun tanpa adanya sentuhan perasaan atas keprihatinan bumi saat ini, bumi kita bersama.

 

Referensi:

Abror Fauzi, 2018, Waspada Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan, http://indonesiabaik.id/infografis/waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-lahan, diakses pada 20 Agustus 2020.

CNN Indonesia, 2019, Membandingkan Karhutla di Indonesia pada 2015 dan 2019, https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190918104533-199-431485/membandingkan-karhutla-di-indonesia-pada-2015-dan-2019, diakses pada 20 Agustus 2020.

CNN Indonesia, 2019, Penerbangan Palangkaraya Hampir Lumpuh Akibat Kabut Asap, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190915163440-20-430654/penerbangan-palangka-raya-hampir-lumpuh-akibat-kabut-asap, diakses pada 20 Agustus 2020.

Jeany Hartriani, 2020, Karhutla Kembali Ancam Indonesia, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33d59648f9e/karhutla-kembali-ancam-indonesia?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%204, diakses pada 20 Agustus 2020.

Jeany Hartriani, 2020, Risiko Karhutla di Tengah Krisis Corona, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33f4ecec801/risiko-karhutla-di-tengah-krisis-corona?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%203, diakses pada 20 Agustus 2020.

Jeany Hartriani, 2020, Siapkah Kita Hadapi Karhutla?, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33f6cdde665/siapkah-kita-hadapi-karhutla?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%202, diakses pada 20 Agustus 2020.

Rolando Fransiscus Sihombing, 2019, Warga yang Terkena ISPA Karhutla Capai 919 Ribu Orang, https://news.detik.com/berita/d-4717995/warga-yang-terkena-ispa-akibat-karhutla-capai-919-ribu-orang, diakses pada 20 Agustus 2020.

Yosepha Pusparisa, 2019, Infografik: Indonesia Langganan Kebakaran Hutan, https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a5032e24e5/infografik-indonesia-langganan-kebakaran-hutan, diakses pada 20 Agustus 2020.

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates