Kamis, Agustus 20

Dua Belas Tahun Sekolah, Kemana Aja? (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

“JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!”

Ayo, ngaku deh! Udah berapa kali kalian menemukan tulisan kayak gini?

Waktu SD? Iya banget, sampai ada “operasi semut” kan ya tiap abis upacara hari Senin. Buat yang gak tahu, operasi semut itu kayak semacam wajib ngumpulin minimal satu sampah buat dibuang ke tempat sampah. Jadi flashback jaman-jaman SD nih, hihi.

Waktu SMP? Iya banget juga. SMA? Lah, iya banget juga. Jadi total berapa tahun kalian udah akrab banget sama tulisan kayak gitu? Dua belas tahun lah ya sesuai aturan pemerintah wajib sekolah.

Tapi, kira-kira kenapa sih masih ada aja yang mau buang sampah sembarangan?

ATURAN HUKUM BAGI YANG MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN

Aturan Hukum mengenai Pengelolaan Sampah (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Nah, ini pasti yang buat kalian bertanya-tanya. Sebenarnya ada gak sih hukum yang mengatur pembuangan sampah ini tersendiri?

Tentu ada yah, guys! Dilansir dari megapolitan.kompas.com, Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Mudarisin, mengatakan bahwa denda maksimal bagi warga yang membuang sampah sembarangan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta yakni Rp 500.000.

Lalu bagaimana dengan kota lainnya? Dilansir dari kumparan.com, Wali Kota Palembang, Harnojoyo, mengatakan bahwa Pemerintah Kota Palembang sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) No 3 tahun 2015 yang mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga. Dalam aturan itu disebutkan pelaku yang terbukti membuang sampah sembarangan akan dikenakan sanksi denda Rp 250 ribu dan penjara selama tiga hari.

Dan saya yakin, setiap daerah tentunya sudah memiliki aturannya masing-masing dalam menanggulangi permasalahan “budaya buang sampah sembarangan” ini. Namun, dalam proses pelaksanaannya, tentunya membutuhkan dukungan dari masyarakat daerahnya masing-masing, ya kita ini.

MENGAPA SAMPAH MUDAH DITEMUKAN?

Mengapa Sampah Mudah Ditemukan? (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Kembali lagi ke permasalahan awal, kira-kira kenapa sih masih ada aja yang mau buang sampah sembarangan? Padahal dari SD kita sudah dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Kalau memang alasannya karena jumlah tempat sampah yang minim, saya rasa kurang logis. Karena saat ini sudah banyak sekali tempat sampah yang tersedia baik di pinggir jalan maupun di tempat-tempat publik seperti taman kota bahkan mall. Mirisnya, masih sering saya temui orang yang dengan luwes melempar sampah mereka ke sembarang tempat padahal jarak antara tempat sampah dengan dirinya tidak sampai satu meter.

Menurut saya pribadi, kurangnya kepedulian masyarakat dengan lingkungan sekitar bisa menjadi salah satu faktor penyebab hal ini terus-menerus terjadi.

Sudah pernah ke luar negeri? Yang deket aja deh, Singapur contohnya. Berani kah kalian untuk buang sampah sembarangan disana? Saya rasa sih gak bakal berani, toh lingkungan disana bersih jadi pasti ketara banget tuh kalo tiba-tiba kita nyeleweng buang sampah sembarangan. Atau juga sebagian dari kalian bakal menjawab, “gak berani dong kak, peraturannya ketat banget!”.

Jadi, sampai sini paham penyebab “budaya buang sampah sembarangan” di Indonesia masih terus terjadi?

Selain faktor dari kurang ketatnya peraturan mengenai buang sampah sembarangan, lingkungan sekitar yang kotor juga bisa menjadi penyebab mengapa orang cenderung lebih suka membuang sampah mereka sembarangan. Mereka berpikir bahwa membuang sampah di tempat ataupun lingkungan kotor tidak akan mengotori apapun karena lingkungan yang mereka tinggali sudah kotor terlebih dahulu.

Eits, tapi kalau semua orang berpikiran demikian, siapa yang bakal memulai untuk membiasakan buang sampah pada tempatnya?

SAMPAH DAN PERUBAHAN IKLIM

Saat ini pemerintah di negara kita tengah disibukkan dengan permasalahan pengolahan limbah yang sudah menumpuk setiap harinya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ini ironis, mengingat negara-negara lain sudah mengenal banyak cara pengelolaan sampah.

Dan kita sebagai warga negaranya justru menambah permasalahan dalam pengelolaan sampah ini dengan cara membuang sampah sembarangan, apa tidak malu?

Sebagai contohnya, sampah plastik, yang sebagaimana kita ketahui sangat sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme di tanah karena rantai carbon nya yang panjang. Sedangkan saat ini plastik masih digunakan di berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia, dimana sebagian besar orang lebih memilih untuk menggunakan plastik untuk membawa barang belanjaan mereka dibandingkan mempersiapkan sejenis totebag dari rumah.

Setelah kantong belanja ini tidak terpakai maka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi tujuan terakhirnya, hmm ya maksud saya sungai dan laut.

Sampah plastik yang berakhir di lautan sangat berpotensi mencemari dan memberikan dampak yang serius bagi keseimbangan ekosistem di laut, karena sampah plastik dapat terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian.

Salah satu contoh kasus plastik di laut yaitu sampah plastik di dalam perut paus yang mati dan terdampar di Wakatobi. Darimana semua ini berasal? Dari pembuangan sampah yang sembarangan tadi, dimana sebagian besar orang dengan luwes membuang sampah mereka, yang dalam hal ini berupa plastik, di sembarang tempat, termasuk laut.

Dilansir dari website zerowaste.id; dari proses produksi, konsumsi, hingga pembuangannya, sampah plastik menghasilkan emisi karbon yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim karena kondisi bumi semakin memanas. Semakin tinggi emisi karbon yang dihasilkan, maka semakin tinggi konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer.

Faktor Penyebab Perubahan Iklim (sumber gambar: kemenkumham.go.id)

MENCONTOH NEGARA MINIM TEMPAT SAMPAH

"Di Busan ini tempat sampah sulit dicari, tetapi kotanya bersih. Berbeda dengan Jakarta, tempat sampah di mana-mana tetapi sampahnya juga berserakan di mana-mana,” ujar Direktur Indonesian Trade Promotion Center Kementerian Perdagangan untuk wilayah Busan, Indra Wijayanto (sumber: travel.kompas.com).

Salah Satu Sudut Jalan Kota Busan (sumber gambar: travel.kompas.com)

Beberapa negara di luar sana justru lebih memilih untuk meminimalisir jumlah tempat sampah di negara mereka. Alasannya, karena semakin banyak tempat sampah justru semakin sulit pengelolaan sampahnya, dan banyaknya tempat sampah ini pun diperkirakan justru membuat lingkungan sekitar menjadi tidak bersih.

Menurut saya, ini sudah termasuk bagian dari budaya, budaya hidup bersih. Orang-orang yang tinggal di negara ini pastinya sudah terbiasa untuk menyimpan sampah mereka terlebih dahulu sebelum mereka menemukan tempat sampah, sampah apapun itu, termasuk puntung rokok.

BERAWAL DARI BUDAYA SELF-SERVICE

Berawal dari Budaya Self-Service (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Minimnya budaya self-service ini bisa jadi alasan selanjutnya mengapa masih banyak ditemukan orang enggan untuk membuang sampah mereka di tempat yang sudah disediakan.

“Kan ada tukang bersih-bersih, jadi mereka kerja apa kalau kita semua yang ngelakuin?”

Pola pikir yang seperti ini yang membuat kita cenderung merasa menjadi “raja” dimana kita bebas membuang sampah sembarangan, toh kan ada tukang bersih-bersihnya juga?

Sebenarnya, self service itu bukan perkara budaya di negara manapun, negara maju maupun berkembang. Self service mengajarkan agar tiap individu bisa bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dipakai atau diperbuatnya, karena sejatinya kita tidak perlu tenaga orang lain untuk membereskan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab sendiri.

Bayangkan jika setiap manusia di suatu kota menerapkan hal ini, kota tersebut pasti akan terbebas dari sampah yang berserakkan karena tiap individu telah membuangnya di tempat yang seharusnya.

PANGGILAN AKSI

Saya apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para pegiat sosial masa kini yang tengah menjadi agen perubahan di bidangnya masing-masing. Seperti Ibu Davina Veronica, Pegiat Lingkungan dan Perlindungan Satwa, dan juga seorang Model, yang keluar masuk hutan demi melindungi satwa yang habitatnya mulai tergerus; Bapak Zul Karnedi, yang kini menjadi penyelamat dan pelestari penyu; Ibu Siti Hairul, seorang blogger asal Yogyakarta, yang menggalakkan pemakaian Menstrual Cup; Ibu Widyawanti Yuliandari, Ketua Umum Pusat Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), yang berbagi cerita bagaimana ia tertarik menuliskan  ide-ide soal pelestarian lingkungan di blognya; dan tentunya masih banyak lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Kita juga bisa seperti mereka. Yuk, sama-sama cegah perubahan iklim mulai dari langkah sederhana, seperti hal di bawah ini ya!

Cegah Perubahan Iklim ala Indah Ladya (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com)

  • Membiasakan untuk membawa totebag dari rumah untuk menggantikan plastik sebagai tas belanja kita.
  • Bawa tempat makan dan botol minum sendiri untuk jajan.
  • Batasi pemakaian produk yang dikemas dengan kemasan plastik.
  • Ganti sedotan plastik dengan sedotan stainless atau sedotan bambu.

Budaya buang sampah sembarangan ini mungkin memang sudah mendarah daging dalam lingkungan kita, namun kita bisa menjadi agen perubahan demi mencegah dampak berupa perubahan iklim dan tentunya demi mencapai lingkungan yang lebih sehat.

“Jadilah perubahan seperti yang ingin anda lihat di dunia” –Mahatma Gandhi

Saya sudah menjadi agen perubahan dengan cara menggalakkan budaya “buang sampah pada tempatnya” dan “kurangi penggunaan plastik” melalui tulisan-tulisan saya, kamu kapan? Yuk ikutan!

Lomba Blog Perubahan Iklim (sumber gambar: kbr.id)

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

 

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog KBR

Referensi:

Biro Humas, 2019, Hari Meteorologi Dunia BMKG Ajak Masyarakat Mitigasi Perubahan Iklim, https://kemenkumham.go.id/berita/hari-meteorologi-dunia-bmkg-ajak-masyarakat-mitigasi-perubahan-iklim, diakses pada 19 Agustus 2020.

Icha Rastika, Padahal Tempat Sampah Hanya Sedikit tetapi Busan Kota yang Bersih, https://travel.kompas.com/read/2016/05/20/210300227/Padahal.Tempat.Sampah.Hanya.Sedikit.tetapi.Busan.Kota.yang.Bersih.?page=all, diakses pada 19 Agustus 2020.

Nursita Sari, 2020, Buang Sampah Sembarangan Warga Bisa Didenda Hinga Rp 20 Juta, https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/01/14423041/buang-sampah-sembarangan-warga-bisa-didenda-hingga-rp-20-juta?page=all#:~:text=Denda%20maksimal%20bagi%20warga%20yang,Rp%20500.000%2C%22%20kata%20Mudarisin, diakses pada 19 Agustus 2020.

Sri Fadhillah Utami, 2020, Bagaimana Plastik Berpengaruh Pada Perubahan Iklim, https://zerowaste.id/knowledge/bagaimana-plastik-berpengaruh-pada-perubahan-iklim/#:~:text=Sampah%20plastik%20yang%20berakhir%20di,ratusan%20hingga%20ribuan%20tahun%20kemudian.&text=Plastik%20tidak%20hanya%20berpengaruh%20terhadap,memicu%20terjadinya%20%E2%80%9Cperubahan%20iklim%E2%80%9D, diakses pada 19 Agustus 2020.

W Pratama, 2020, Buang Sampah Sembarangan di Palembang bisa Kena Denda dan Penjara, https://kumparan.com/urbanid/buang-sampah-sembarangan-di-palembang-bisa-kena-denda-dan-penjara-1siy1e2yksR#:~:text=Wali%20Kota%20Palembang%2C%20Harnojoyo%2C%20mengatakan,dan%20penjara%20selama%20tiga%20hari, diakses pada 19 Agustus 2020.

Youtube Berita KBR, 2020, Suara Kita Tentang Perubahan Iklim, https://www.youtube.com/watch?v=CJSMs2ufa2w&feature=youtu.be, diakses pada 19 Agustus 2020.


#PerubahanIklimKBR

#KBR

#IbuIbuDoyanNulis

#NoPlastic

#BuangSampahPadaTempatnya

#BudayakanSelfService

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates