Jumat, Juli 3


INDONESIA NEGARA MARITIM

Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan dengan luas daratan yang lebih kecil dibandingkan luas lautnya. Bahkan saat ini Indonesia termasuk negara dengan luas laut terbesar di dunia.

Menurut data dari maritim.go.id berdasarkan Rujukan Nasional Data Kewilayahan Republik Indonesia, luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2, sedangkan luas NKRI (daratan+perairan) adalah 8.300.000 km2. Jadi udah gak heran dong ya kenapa Indonesia bisa disebut sebagai negara maritim.

Kekayaan alam Indonesia yang sebagian besar berasal dari perairan menjadikan laut Indonesia sebagai sarana utama bagi warga negaranya dalam mencari penghasilan demi menyambung kehidupan. Tak hanya sebagai nelayan, usaha di bidang pariwisata pun menjadi pilihan yang tepat untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia khususnya di sektor laut.

KONDISI TERKINI PARIWISATA PESISIR PANTAI

Beberapa sektor pariwisata akan mulai kembali dibuka saat Indonesia sudah mulai memasuki fase New Normal, termasuk di antaranya wisata di pinggir pantai. Perlu diketahui bahwa selama masa pandemi ini berlangsung, terdapat dampak yang signifikan dari proses rehabilitasi ekosistem laut yang selama ini sempat mengalami kesulitan dikarenakan jumlah wisatawan yang selalu meningkat per harinya.

Seperti yang terjadi di Kampung Wisata Arborek, Githa Anathasia selaku Pengelola Kampung Wisata Arborek dan CEO Arborek Dive Shop Raja Ampat menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan yang selama ini dialami para pengelola wisata dalam menjaga ekosistem laut mulai teratasi sejak pandemi ini berlangsung. Pembatasan akses wisatawan untuk menikmati tempat wisata tersebut membawa dampak baik bagi lingkungan dan sekitarnya. Laut biru menjadi sorotan utama bagi pengelola wisata setempat yang mengindikasikan menurunnya polusi yang selama ini terjadi di air laut yang disebabkan oleh sampah-sampah bekas makanan dan minuman yang ditinggalkan oleh beberapa wisatawan yang tidak sadar akan pentingnya menjaga ekosistem laut.

Beberapa hiu dan tuna tampak terlihat jelas di pesisir pantai diikuti dengan pertumbuhan terumbu karang yang meningkat pesat seolah pandemi ini mendukung langsung proses pemulihan ekosistem laut.

Namun, pandemi ini bak pisau bermata dua yang di satu sisi mempercepat proses rehabilitasi ekosistem laut, sedangkan di sisi lainnya seolah menyebabkan pemasukan pariwisata khususnya di wilayah pesisir pantai seolah mati suri. Beberapa pengrajin terpaksa gulung tikar dikarenakan penghasilan yang menurun secara signifikan. Untuk kembali meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa pasca pandemi mendatang diharapkan akan diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi warga tanpa merusak kondisi ekosistem laut saat ini

LAUT DAN PERUBAHAN IKLIM

Our Ocean Conference 2018 menyebut perubahan iklim telah berimbas besar terhadap kelangsungan ekosistem laut, diantaranya peningkatan suhu laut, pemutihan terumbu karang, naiknya permukaan laut, tenggelamnya wilayah pesisir, perubahan pola badai, dan perubahan arus oseanik.

Perubahan iklim ini bisa terjadi dikarenakan penumpukan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat per harinya. Dikutip dari jurnal Oseana yang berjudul Lautan dan Iklim, efek gas rumah kaca secara lebih jauh bisa merubah dan bahkan mematikan sabuk sirkulasi laut global.

Salah satu hal yang dapat meningkatkan efek rumah kaca adalah emisi karbon. That’s why dengan mengurangi pemakaian karbon seperti menggunakan pendingin ruangan seperlunya dan tidak menghidupkan lampu di siang hari maka kamu sudah cukup berperan besar dalam mengontrol perubahan iklim yang terjadi saat ini.

BIJAK DALAM BERWISATA

Peningkatan kondisi ekosistem laut saat ini tentunya harus dipertahankan hingga pasca pandemi mendatang. Wisatawan diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan dengan langkah minimal berupa tidak meninggalkan sampah mereka di tempat wisata tersebut.

Bijak dalam berwisata tampaknya menjadi pilihan tepat untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi pariwisata tanpa merusak kondisi laut yang sudah sangat lebih baik saat ini. Berikut ini beberapa tips berwisata cerdas untuk para wisatawan yang nantinya akan kembali memenuhi beberapa tempat wisata di Indonesia :

  1. Bawa kembali sampahmu!

Mungkin terdengar klise, namun dalam hal ini sampah merupakan penyebab utama kerusakan ekosistem laut. Laut bukanlah keranjang sampah. Marilah tanamkan rasa peduli kita terhadap keberlangsungan bumi yang saat ini sama-sama kita tempati. Dengan tidak meninggalkan sampah di tempat-tempat wisata yang kalian kunjungi, kalian sudah menjadi agent of change yang dapat menyelamatkan ekosistem di sekitar tempat wisata tersebut.

  1. Mengurangi sampah plastik

Sudah menjadi rahasia umum bahwa plastik merupakan sampah yang mengalami jumlah peningkatan yang cukup signifikan di setiap harinya. Hal ini dikarenakan sampah plastik yang sulit mengalami penguraian. Langkah untuk mengurangi sampah plastik bisa dimulai dari wisatawan dengan membawa wadah makanan dan minuman sendiri yang dapat digunakan secara berulang. Hal ini diharapkan dapat mengurangi sampah plastik yang biasanya dihasilkan dari plastik makanan dan minuman sekali pakai. Penggunaan sedotan berbahan dasar stainless steel yang telah populer saat ini pun cukup berperan langsung dalam mengatasi limbah plastik sehingga tergolong ramah lingkungan.

  1. Beralih ke tas belanja kain

Penggunaan kantong plastik untuk berbelanja souvenir di tempat-tempat wisata juga ikut andil dalam kenaikan jumlah limbah plastik di setiap harinya. Tas belanja berbahan dasar kain ini dinilai lebih ramah lingkungan karena dapat digunakan berulang kali saat wisatawan membeli oleh-oleh atau souvenir di tempat wisata.

JAGA LAUT DARI RUMAH YUK!

Nah, selain wisatawan, kamu juga bisa kok menjaga laut dari rumah dengan menerapkan beberapa kebiasaan baik ini:

  1. Belajar tentang alam

Pernah dengar kalimat tak kenal maka tak sayang? Yap, betul. Jadi, dengan mencoba belajar untuk mengenal alam lebih dekat maka akan timbul pula perasaan ikhlas untuk menjaga alam yang tentunya akan kita wariskan ke anak cucu kita nanti.

  1. Kurangi emisi karbon

Pemakaian karbon menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan ekosistem laut. Hal ini akan mengakibatkan terganggunya biota-biota laut seperti ikan dan terumbu karang. Kamu bisa mulai mengurangi emisi karbon dengan tidak menghidupkan lampu di siang hari dan mematikan pendingin ruangan saat sedang tidak dibutuhkan, seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi ya!

  1. Terapkan proses 3R

Mungkin beberapa dari kita udah gak asing lagi sama 3R ini, 3R disini terdiri dari Reuse (menggunakan kembali), Reduce (mengurangi), dan Recycle (mendaur ulang). Saya bakal lebih meng-highlight Recycle di proses ini. Recylce ini cocok banget buat kalian yang kreatif. Kalian bisa menyalurkan ide kalian untuk mengubah sampah anorganik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Adapun pilihan produk yang bisa dibuat seperti tas, dompet, tempat minuman, dan masih banyak lagi. Dan kalo kalian punya temen-temen yang punya kreativitas yang sama dalam mengubah sampah anorganik menjadi produk bernilai ekonomis ini kalian bisa membentuk komunitas dengan mengajak orang lebih banyak lagi untuk mengurangi sampah. Selain bisa menyelamatkan laut, kamu juga bisa mendapatkan keuntungan daripadanya, keren banget kan?

  1. Sharing is caring

Tidak hanya belajar untuk lebih dekat dengan alam, kamu juga bisa sharing pengetahuan dan pengalaman yang udah kamu dapatkan kepada orang lain untuk lebih menjaga lingkungan. Seperti yang sedang saya lakukan saat ini, dengan berbagi informasi terkini mengenai alam dan mengajak masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan sekitar maka kamu sudah turut andil dalam membantu negara untuk mencoba mempertahankan keadaan laut di pasca pandemi mendatang.

Untuk teman-teman yang mau ikutan sharing pengetahuan dan pengalaman kalian mengenai perubahan iklim di masa pandemi ini, kalian bisa ikutin lomba #PerubahanIklimKBR yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Sebagai bahan inspirasi bisa disimak di sini ya! 

Yuk ikut berbagi energi positif dengan cara sharing pengalaman kamu selama pandemi di kolom komentar! Because sharing is caring.

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

IndahLadya

 

Referensi

Biro Komunikasi. 2018, Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia, diakses pada tanggal 2 Juli 2020, <https://www.maritim.go.id/>.

KBR. 2020, Menjaga Laut di Tengah Pandemi, diakses pada tanggal 2 Juli 2020,  <https://www.kbrprime.id/> 

Megawan, M.B., dan Suryawan, I.B. 2019, Pengelolaan Sampah di Daya Tarik Wisata Pantai Candikusuma Desa Candikusuma Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana, Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(2): 239-243.

Our Ocean Conference 2018 dengan tema Our Ocean, Our Legacy, Indonesia.

Surinati, D. 2013, Lautan dan Iklim, Jurnal Oseana, 38(3): 33-36.

 

#PerubahanIklimKBR

#JagaLaut

#KBRxIIDN

#IbuIbuDoyanNulis


2 komentar:

  1. baguss banget artikelnya, suka baca ini terus ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terimakasih sudah baca artikelnya. Senang bisa berbagi pengetahuan :)

      Hapus

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates