Senin, Oktober 26

Tren Baby Shaming (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Moms, coba deh hidungnya si dedek dipencet-pencet, pesek banget keliatannya”
Moms, kok si dedek kurus banget? Gak dikasih makan ya?”
Moms, si dedek iteman ya sekarang?” 

Guys, pernahkah kalian menemukan kalimat-kalimat menyakitkan di atas? Oh, c’mon, aku yang bukan sebagai ibunya pun ngerasa sakit hati setiap ada orang yang mengutarakan kalimat tidak mengenakkan tersebut. Hal ini biasa disebut dengan baby shaming.

Jika body shaming adalah suatu kegiatan yang mengomentari keadaan fisik dan tubuh seseorang, maka baby shaming adalah hal yang sama, tetapi ditujukan untuk seorang bayi/anak yang masih kecil.

Gak Ada Orang Tua yang Gak Sayang Sama Anaknya

Gak Ada Orang Tua yang Gak Sayang Sama Anaknya (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Tren baby shaming ini sebetulnya sudah sangat lama menjamur dan bercampur baur dalam kehidupan masyarakat saat ini. Satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, tidak lelah kah hidupmu untuk mencampuri urusan hidup orang lain? Apa lagi jika hal ini sudah menyangkut masalah anak.

“Kan saya niatnya baik, cuma ngingetin loh ya!”

I know, satu kalimat jitu ini pasti akan selalu menjadi tameng agar kamu tetap bisa bersembunyi di balik aksi baby shaming ini. But, please, relakah dirimu jika hal ini justru berbalik pada anakmu sendiri?

Setiap orang tua pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Jika mereka masih normal, tentunya tidak mungkin ada orang tua yang membiarkan anaknya tidak makan hingga akhirnya kurus seperti semua yang kalian tuduhkan.

You Hurt Her Feeling

You Hurt Her Feeling (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Semua orang tua di dunia ini tidak mungkin ada yang rela anaknya disakiti oleh orang lain, dan apakah baby shaming ini menyakiti? Tentu saja, bagaimana mungkin seorang ibu akan bersikap “biasa-biasa saja” jika ada orang lain yang tega menjelekkan anak mereka?

Sebagai anak yang masih polos, seorang baby mungkin belum mengerti bagaimana rasanya dikatain “pesek”, “jidatnya lebar”, “badannya kurus”, dan masih banyak lagi kalimat menyakitkan lainnya. Namun, bagaimana dengan orang tua mereka? Terutama ibunya yang sudah mengandung, melahirkan, hingga membesarkannya dengan sedemikian rupa. One thing you should know is, his mom already loves him even before he was born.

Mungkin beberapa orang akan meragukan kalimat-kalimat pada artikelku kali ini karena sejujurnya aku belum pernah merasakan bagaimana menjadi seorang ibu. Namun, aku punya ibu yang hebat, seorang ibu yang menceritakan bagaimana marahnya ketika ada seseorang yang mencoba menyakiti anaknya.

Ibuku pernah berkata padaku, “coba deh bayangin, orang tua yang penyabar sekalipun gak bakal tega liat anaknya disakitin sama orang lain, pasti jadi marah juga.” And I realize it then. Sebesar itu kasih sayang orang tua pada anaknya.

And here I am, sebagai seseorang yang ingin berbagi motivasi dan apresiasi kepada para ayah dan ibu yang hebat di luar sana, maka berikut ini beberapa hal yang bisa diterapkan jika si anak terkena baby shaming.

Tidak Terlalu Cepat Terpengaruh

Tidak Terlalu Cepat Terpengaruh (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Aksi baby shaming ini biasanya tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Pelaku baby shaming pada media sosial ini biasanya berlindung di balik fake account miliknya. Hmm, jika mereka saja sudah pakai fake account, maka tidak perlu kita tanggapi ya orang-orang yang seperti ini. Dan jika sudah sangat mengganggu, kita bisa melaporkannya ke pihak berwajib loh!

Jangan Menyalahkan Diri Sendiri

Jangan Menyalahkan Diri Sendiri (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, jika kamu mengalami baby shaming, maka kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Gak ada yang salah dengan anak yang “katanya” kurus, kalau kamu yakin telah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka kamu tidak perlu khawatir lagi dengan tuduhan-tuduhan orang yang tak bertanggung jawab ini.

Fokus pada Anak

Fokus Pada Anak (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Nah, poin selanjutnya adalah harus fokus pada anak. Jangan biarkan tindakan baby shaming ini membuatmu down. Bangunlah kedekatan yang lebih baik dengan anakmu. Just remember that your child isn’t her bussiness. Terimalah semua kekurangan dan kelebihan anakmu, perhatikan setiap tumbuh kembangnya dan buatlah ia menjadi sosok anak yang lebih percaya diri ke depannya.

Terkhusus untuk pelaku baby shaming yang mungkin membaca artikelku saat ini, please, mengingatkan seseorang bisa dilakukan tanpa menggunakan kalimat negatif yang justru akan menyakitinya. Dan satu hal lagi, bahwa kamu tidak pernah punya otoritas untuk mengatur bagaimana seorang ibu dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya. Just be wise to your social media!

 

IndahLadya


Baca juga:
Bahaya Child Shaming yang Perlu Diwaspadai
Peran dan Tantangan Orang Tua Selama Masa Pandemi Covid-19
Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting'

29 komentar:

  1. Entah disadari atau tidak memang baby shaming ini kerap terjadi. Miris.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, terkadang tanpa disadari yaa

      Hapus
  2. Jahat banget emang :( Defisit empati

    BalasHapus
  3. Pingin nyubit deh ginjalnya tuh orang yang suka baby shaming

    BalasHapus
  4. Sering banget denger orang dewasa yang baby shaming. Orang tuanya kalau dengar pasti sakit hati dong. Harusnya kita jaga lisan, saling jaga perasaan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul, karena gak semua orang tua bisa "udahlah gak usah dipikirin" ya mbak :)

      Hapus
  5. apalagi kalau ada dua saudara yang sama-sama memiliki baby, seringnya dibandingkan.
    aku yang denger aja suka kesel banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jahat betul yang ngebanding-bandingin gitu :(

      Hapus
  6. Tidak hanya baby shaming, skrg mah body shaming memang seperti sdh menjadi kebiasaan..
    Bahkan mungkin tnp kia sadari jg pernah melakukannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, tapi menurut saya baby shaming ini masih sedikit yang menyuarakan. Sebagian orang masih menganggap hal ini biasa :)

      Hapus
  7. Udah jadi makananku sehari2 mba. Anakku dibilang pesek, kurus. Aku bales senyuman aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ikut sedih dengernya mbak :( Semangat terus ya mbakk!!

      Hapus
  8. Baru tau ternyata ada baby shaming juga..
    Artikelnya keren, Kak..
    Semoga di luar sana yang melakukan baby shaming ini bakal berhenti

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, konsepnya sama dengan body shaming, objeknya saja yang berbeda :)

      Hapus
  9. Wkwkkw anakku nih biasanya, "dipencetin dong idungnya kalo abis mandi" . Yodah sih ngga perlu dibaperin juga :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya gak semua orang bisa gak sebaper mbaknya, mbak 😅

      Hapus
  10. setuju banget. Bahkan pelaku baby shaming nggak cuma orang tua, kadang anak-anak juga melakukan baby shaming.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, mungkin perlu edukasi lebih lanjut yaa mengenai hal ini

      Hapus
  11. Hihi kadang emang orang yang ngatain begitu tidak sadar ya. Sulit memang:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih dianggap sangat "biasa aja" ya mbak baby shaming ini 😅

      Hapus
  12. Waduh, iya ih .. Sering banget denger ini . ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, tapi beberapa orang gak sadar kalo ini termasuk baby shaming, hehe

      Hapus
  13. Dan yang melakukannya seperti tidak merasa bersalah sama sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka menganggapnya hal yang biasa mbak 😅

      Hapus
  14. Ketika mulut dan hati tidak bisa berkomunikasi, maka hilanglah empati

    BalasHapus
    Balasan
    1. That's why pentingnya membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa ya mbak 😅

      Hapus

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates